Hidup tanpa seorang Guru bagaikan hidup Arah. Gelap, hampa, tanpa harapan, bagaikan jatuh ke dalam jurang terdalam gelapnya kebodohan hidup ini.
Guru bagaikan sebuah Lilin, membakar dan menghabiskan diri mereka sendiri hanya untuk menerangi sekelilingnya.
Begitupun kehidupan seorang Guru, mengorbankan setiap waktu dan tenaga yang dimiliki hanya untuk menerangi hidup muridnya.
My Journey
Dalam tahun-tahun perjalanku dalam Studi sebagai Guru Agama, sesekali terbesit dalam pikiranku, "Bagaimana ketika aku menjadi guru nanti? Akankah seperti dosenku yang mengajar di depan? Menatap mahasiswanya seperti anaknya sendiri, penuh pengharapan dan kasih sayang. Sehingga, setiap perkataanya adalah kebijaksanaan, setiap gestur adalah teladan, dan setiap ilmu yang disampaikan tidak akan lengkang oleh zaman. Ataukah, diriku akan seperti mereka yang hanya melihat mahasiswanya seperti ATM berjalan? Hanya sebagai sumber penghasilan dan pelampiasan mereka semata. Sehingga, setiap perkataan adalah gonggongan dan ocehan, setiap gestur adalah siksaan, dan setiap sesi pembelajaran layaknya mengendarai sepeda di atas bara api.
Seringkali kucoba untuk lari dari semua ini dengan tetap optimis dan positif, namun pahitnya lingkungan ini menarik ku semakin dalam dan dalam ke dalam jurang keputusasaan. Bayangan akan pesimisnya murid-murid kelak menghantuiku, membuat hatiku berteriak,
"Tidak!"
"Aku harus mendidik mereka!"
"Ku tidak peduli sedikitpun, walaupun mereka menolak dan memberontak untuk dididik."
"Sudah menjadi resiko bagi mereka untuk terus maju dan bagi yang tidak mau lebih baik tidak usah sekolah sama sekali!"
"Tidak!"
"Aku harus mendidik mereka!"
"Ku tidak peduli sedikitpun, walaupun mereka menolak dan memberontak untuk dididik."
"Sudah menjadi resiko bagi mereka untuk terus maju dan bagi yang tidak mau lebih baik tidak usah sekolah sama sekali!"
Di tengah gelap dan
pahitnya jurang kenyataan itu, setitik cahaya harapan dari mereka para Guru
yang mendidik dengan suka ria membangunkan ku dari mimpi buruk ini. Begitu suci
hati mereka, begitu positif pemikiran mereka, begitu kuat pendirian mereka menunjukkan
bahwa masih ada Oasis Harapan di tengah tandusnya Gurun Pasir pembelajaran. Membuatku
berteriak,
“Iya!”
“Muridku akan terdidik,
begitu pula diriku!”
“Mereka bagian dariku,
aku bagian dari mereka!”
“Kita akan terus bertumbuh,
belajar, dan sukses bersama!”
Sosok Ideal Bagi Para Murid
Plato pernah berkata, "Do not train students to learning by force and harshness, but direct them to it by what amuses their mind, so that you may be better able to discover with accuracy the pecular bent of the genius of each."
Mengajar bukan berarti mengendalikan, tetapi segala hal tentang hubungan saling mengajar dan mengerti satu sama lain. Perasaan yang hadir di dalam hangatnya ruang kelas tersampaikan dengan baik dengan sama-sama membangun pembelajaran tersebut.
About Lutfiadji A Hidayat
Hi, My Name is Lutfiadji Agung Hidayat. I am an Islamic Student, Writer and Artist..
0 komentar:
Posting Komentar